Sungai Musi
adalah sebuah sungai yang terletak di provinsi Sumatra Selatan, Indonesia.
Dengan panjang 750 km, sungai ini merupakan yang terpanjang di pulau Sumatera
dan membelah Kota Palembang menjadi dua bagian. Jembatan Ampera yang menjadi
ikon Kota Palembang pun melintas di atas sungai ini. Sejak zaman Kerajaan
Sriwijaya hingga sekarang, sungai ini terkenal sebagai sarana transportasi
utama bagi masyarakat.
Di
tepi Sungai Musi terdapat Pelabuhan Boom Baru dan Museum Sultan Mahmud
Badaruddin II.
data
sungai musi .
Lokasi =
Sumatera Selatan
Jenis = sungai Permanen
Pola = Dendritik
Kedalaman rata rata =
15-20 meter
jembatan terpanjang yang melintasi = Ampera (1,117 m ) palembang
Kota utama yang dilalui = Tebing tinggi , Sekayu , Palembang
Pelabuhan Terbesar =
Boom baru
Bagian Hulu =
Ujan Mas , Kabupaten Kepahyang ,
bengkulu
Muara =
Selat Bangka
Ambang terluar =
Teluk Buyut , desa Sungsang
Lebar rata rata di ilir sebelum memasuki batas palembag = 250-300 m
lebar rata - rata setelah melewati palembang = 500 - 2 km
anak sungai utama =
sungai ogan , sungai komering , sungai
lematang , sungai kelingi , sungai lakitan , sungai leko , sungai telang ,
sungai semanggus , sungai rawas
pulau - pulau di tengahnya = pulau kerto (sebelah barat kota palembang ,
luas 0,5 km2) , Pulau Semuntu (di
sebelah barat pulau kerto , luas = 2 km2) Pulau Kemaro ( di sebelah timur
pabrik PT PUSRI, luas kurang dari 1 km2 ) , Pulau Burung ( Sebelah Timur
Palembang , Luas 0,7 km2) , Pulau Payung ( Terletak di ilir sungai musi , luas
= 200 km2 ) , Pulau Telang ( Pulau terbesar di sungai musi luas = 300 m2)
Fauna Khas = Ikan Belida , Ikan Pari air tawar , Ikan Pesut (punah di
sungai musi)
Komponen Abiotik Sungai Musi
Ekosistem
sungai Musi memiliki komponen abiotik
yaitu pH, kedalaman, paparan cahaya (jarak dalamnya), lebar sungai, suhu, tipe
substrat dan kandungan kimia yang penting. Sungai musi memiliki pH sekitar 6,7. Kedalaman sungai musi sekitar
165 m pada bagian tengah sungai khususnya di wilayah Sungai Musi Duo. Cahaya
dapat menembus hingga kedalaman 58 cm dan dalam keadaan kemarau dapat pendek
lagi. Suhu air sungai musi sekitar 30 Celsius.
Komponen
Biotik Sungai Musi
Organisme yang hidup di ekosistem
sungai musi berupa Fitoplankton, Perifiton,Benthos, neuston.
Berdasarkan data tentang Ikan yang
ada pada sungai musi yaitu :
Ikan basil koleksi dengan jaring
udang (trammel net) sebanyak 57 jenis yang mewakili 29 suku berbagi. Dalam
kelompok tropik Omnivor sebanyak 7 jenis. plankton feeder 6 jenis, Detritus
feeder 6 jenis dan Karnivor sebanyak 38 jenis. Ikan-ikan niaga yang terkumpul
banyak dan suku Mugillidae (helanak), Ariidae manyung). Sciaenidae (gularnah),
Polynemidae (kuro), Stomateidac (hawai hitarn), L.atidae (kakap putih).
lobotidae (kakap bain), Plotosidae (sembilang) dan Serranidae (kerapu). Dua
jenis ikan yaltu kakap putih dan kerapu. kepiting bakau dan kerang dara
merupakan jenis yang potensial untuk dibudidayakan.
Geografi
Sungai
Musi membelah Kota Palembang menjadi dua bagian kawasan: Seberang Ilir di
bagian utara dan Seberang Ulu di bagian selatan. Sungai Musi, bersama dengan
sungai lainnya, membentuk sebuah delta di dekat Kota Sungsang.
Sungai
Musi dengan Jembatan Ampera sebagai latar belakang
Mata
airnya bersumber di daerah Kepahiang, Bengkulu. Sungai Musi disebut juga
Batanghari Sembilan yang berarti sembilan sungai besar, pengertian sembilan
sungai besar adalah Sungai Musi beserta delapan sungai besar yang bermuara di
sungai Musi. Adapun delapan sungai tersebut adalah :
- Sungai Komering
- Sungai Rawas
- Sungai Leko
- Sungai Lakitan
- Sungai Kelingi
- Sungai Lematang
- Sungai Semangus
- Sungai Ogan
DAS
Musi secara geografis terletak pada 103° 34’ 12 “ – 105° 0’ 36” BT dan
02° 58’ 12” - 04° 59’ 24” LS dengan luas 7.760.222, 86 Ha.
Secara administrasi DAS Musi termasuk pada 4 (empat) provinsi yaitu Sumatera
Selatan, Bengkulu, Jambi dan Lampung. Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
Selatan yang masuk ke dalam DAS Musi meliputi 17 (tujuh belas) Kabupaten/Kota
atau seluruh Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Sumatera Selatan.
Kabupaten di Provinsi Bengkulu yang masuk pada DAS Musi meliputi Kabupaten
Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahyang, sedangkan Kabupaten di Provinsi
Jambi yang masuk pada DAS Musi meliputi Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tanjung
Jabung Timur, Kabupaten Batanghari, dan Kabupaten Muaro Jambi. Dan kabupaten di
Provinsi Lampung Barat yang masuk pada DAS Musi meliputi Kabupaten Lampung
Barat dan Kabupaten Way Kanan. DAS Musi terbagi ke dalam 22 Sub DAS, yaitu Sub
DAS Banyuasin, Sub DAS Batang Pelidang, Sub DAS Batanghari Leko, Sub DAS Baung,
Sub DAS Bungin, Sub DAS Calik, Sub DAS Deras, Sub DAS Kelingi, Sub DAS Kikim,
Sub DAS Komering, Sub DAS Lakitan, Sub DAS Lalan, Sub DAS Lematang, Sub DAS
Macan, Sub DAS Medak, Sub DAS Musi Hilir, Sub DAS Musi Hulu, Sub DAS Ogan, Sub
DAS Rawas, Sub DAS Soleh, Sub DAS Semangus dan Sub DAS Sugihan.
Palembang
merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia dan secara geografis
terletak antara 2o 52′ sampai 3o 5′ Lintang Selatan dan
104o 37′ sampai 104o 52′ Bujur Timur dengan ketinggian
rata-rata 8 meter dari permukaan air laut
Dari
segi kondisi hidrologi, Kota Palembang terbelah oleh Sungai Musi menjadi dua
bagian besar disebut Seberang Ulu dan Seberang Ilir. Kota Palembang mempunyai
108 anak sungai. Terdapat 4 sungai besar yang melintasi Kota Palembang. Sungai
Musi adalah sungai terbesar dengan lebar rata-rata 504 meter (lebar terpanjang
1.350 meter berada disekitar Pulau Kemaro, dan lebar terpendek 250 meter
berlokasi di sekitar Jembatan Musi II). Ketiga sungai besar lainnya adalah
Sungai Komering dengan lebar rata-rata 236 meter; Sungai Ogan dengan lebar
rata-rata 211 meter, dan Sungai Keramasan dengan lebar rata-rata 103 meter.
Disamping sungai-sungai besar tersebut terdapat sungai-sungai kecil lainnya
terletak di Seberang Ilir yang berfungsi sebagai drainase perkotaan (terdapat ±
68 anak sungai aktif). Sungai-sungai kecil tersebut memiliki lebar berkisar
antara 3 – 20 meter. Pada aliran sungai-sungai tersebut ada yang dibangun kolam
retensi, sehingga menjadi bagian dari sempadan sungai. Permukaan air Sungai
Musi sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Pada musim kemarau terjadi
penurunan debit sungai, sehingga permukaan air Sungai Musi mencapai ketinggian
yang minimum. Pola aliran sungai di Kota Palembang dapat digolongkan sebagai
pola aliran dendritik, artinya merupakan ranting pohon, di mana dibentuk oleh
aliran sungai utama (Sungai Musi) sebagai batang pohon, sedangkan anak-anak
sungai sebagai ranting pohonnya. Pola aliran sungai seperti ini mencerminkan
bahwa, daerah yang dialiri sungai tersebut memiliki topografi mendatar. Dengan
kekerasan batuan relatif sama (uniform)
sehingga air permukaan (run off)
dapat berkembang secara luas, yang akhirnya akan membentuk pola aliran sungai (river channels) yang menyebar ke
daerah tangkapan aliran sungai (catchment
area).
Fungsi
sungai di Kota Palembang sebelumnya adalah sebagai alat angkutan sungai ke
daerah pedalaman, namun sekarang sudah banyak mengalami perubahan fungsi antara
lain sebagai drainase dan untuk pengedalian banjir. Fungsi anak-anak sungai
yang semula sebagai daerah tangkapan air, sudah banyak ditimbun untuk
kepentingan sosial sehingga berubah fungsinya menjadi permukiman dan pusat
kegiatan ekonomi lainnya, dimana rata-rata laju alih fungsi ini diperkirakan
sebesar ± 6% per tahun. Secara geomorfik perubahan bentang alam pada satuan geomorfik
di Kota Palembang berkaitan dengan: adanya sedimentasi sungai yang bertanggung
jawab terhadap pendangkalan sungai atau penyebab terjadinya penyempitan (bottle neck) seperti di daerah
Mariana Kecamatan Seberang Ulu I; penambangan pasir sungai atau gravel pada
dasar sungai, yang akan berdampak kepada pendalaman cekungan; pemanfaatan
dataran pada bentaran sungai untuk permukiman, persawahan serta aktivitas lain
yang akan berdampak pada aliran sungai; dan adanya penebangan hutan illegal di
daerah hulu sungai.