Jumat, 15 April 2016

Legenda Sungai Musi



Di daerah Palembang, Sumatera Selatan, terdapat sebuah sungai yang sangat terkenal. Sungai itu terkenal bukan hanya karena terletak di tengah kota. Akan tetapi sungai tersebut menjadi pusat kegiatan ekonomi masyarakat Palembang.
Tahukah kamu nama sungai yang dimaksud? Sungai itu bernama sungai Musi.
Ternyata nama sungai itu ada ceritanya, lho! Alkisah menuturkan, pada zaman dahulu ada sekelompok bajak laut dari Cina yang suka mengembara ke daerah yang sangat jauh. Mereka berlayar ke mana pun arah angin membawa mereka. Ketika angin bertiup ke selatan, mereka pun berlayar kea rah selatan, dan seterusnya.
Setelah mereka berlayar menempuh perjalanan yang panjang, sampailah mereka di sebuah sungai yang di dalam peta tidak bernama.
“Sungai tak bernama, Kapitan!” kata salah satu bajak laut.
“Ya, aku tahu. Tapi lihat saja di depan sana pasti kita akan menemukan sesuatu.” Kata Sang Kapitan dengan yakin. Mereka terus bergerak. Lama-lama makin ke hulu. Namun karena kapal yang mereka gunakan terlalu besar, akhirnya mereka menggantikannya dengan perahu yang lebih kecil. Setelah sampai di hulu, mereka pun turun dari kapal menuju darat.
Sang Kapitan dan anak buahnya sangat kagum melihat keramaian sungai yang tak bernama itu. Mereka kagum akan hasil bumi yang melimpah dan kesuburan tanahnya.
“Daerah ini benar-benar mengagumkan. Tanahnya subur. Hasil buminya melimpah.” Kata Sang Kapitan.
“Benar, Kapitan. Kita beruntung sekali dapat sampai di tempat yang subur ini.” Kata salah satu bajak laut dengan wajah yang gembira.
“Tentu kita akan pulang dengan membawa hasil yang sangat banyak, Kapitan.” Kata bajak laut yang lain.
Sang Kapitan menjawab dengan penuh senyum, “Tentu saja, anak buahku.”
Para bajak laut pun mulai mengumpulkan hasil bumi yang mereka temui. Mereka menukarnya dengan hasil yang mereka temui. Mereka menukarnya dengan hasil rampokan yang diperoleh selama ini. Mereka tampak bersemangat mengumpulkan hasil bumi. Ada kelapa sawit, lada, kopi, cokelat, dan lain-lain.
Para bajak laut itu melihat, mengawali, dan membeli hasil bumi kemudian menyimpannya untuk dibawa ke negeri asal.
Setelah dirasa puas, mereka pun pulang ke negeri asal dengan membawa banyak hasil bumi. Para bajak laut itu bermaksud menjual kembali hasil bumi yang mereka peroleh di negerinya. Dengan menjualnya mereka mengharapkan keuntungan yang berlipat ganda.
Para bajak laut itu bermaksud untuk kembali lagi dan menukar hasil bumi dengan hasil rampokannya serta menjualnya kembali.
Dalam perjalanan pulang, Sang Kapitan memberi nama tempat itu dengan Muci. Dalam bahasa Cina, Muci merupakan nama bagi dewi ayam betina yang memberi keberuntungan pada manusia.
“Mengapa dinamakan dengan Muci?” Tanya salah satu bajak laut.
“Bukankah Muci adalah makhluk yang memberi keberuntungan?” Sang Kapitan balik bertanya.
“Lihat daerah ini! Begitu subur tanahnya! Betapa melimpah hasil buminya. Baik dari pertanian maupun perkebunan, juga terdapat tambang di sana. Benar-benar daerah yang kaya. Maka tidak salah jika aku memberi nama daerah ini Muci, bukan?” Tanya Sang Kapitan lagi.
Seluruh anak buahnya mengangguk-angguk sambil tertawa senang. Mereka sependapat dengan nama yang diberikan Sang Kapitan. “Inilah Sungai Muci, sungai yang membawa keberuntungan bagi manusia.” Mereka pulang ke negeri asal dengan hati yang senang karena membawa hasil bumi yang sangat banyak dan bermutu tinggi.
Beberapa tahun kemudian, ketika bajak laut dari negeri Cina kembali, mereka pun menyebut daerah itu dengan Muci. Beratus-ratus tahun kemudian hingga yang kita kenal saat ini, kata Muci pun telah berubah menjadi Musi.
Maka, sungai Muci yang pada awalnya diberi nama oleh seorang Kapitan bajak laut dari negeri Cina, kini telah berubah nama menjadi Sungai Musi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar